Photo by Markus Spiske: Pexels
OPINI(Catatan.ara) - Sering kali kita bertanya-tanya kenapa sih politisi A berubah tindakkan dan perkataannya setiap tahun? Atau kenapa politisi yang tadinya aktif sebagai mahasiswa, mengkritisi pemerintah dan melakukan demo, tapi pada akhirnya sama saja dengan politisi lainnya.
Menurutku mungkin perubahan sikap idealis ke realistis, atau mungkin sebelumnya mereka sama seperti kita jika mengambil keputusan realistis, tapi memiliki nilai-nilai seperti idealis.
Namun karna tidak mengalaminya sendiri jadi punya pemikiran yang lebih bebas dibandingkan dengan saat mereka masuk ke lingkungan politik.
Jangan dibawa serius ya, ini cuma sebuah pendapat saja. (Berbicara dengan tutur baik, sopan dan lembut.)
Mungkin ini juga yang jadi alasan para politisi sering kali berdalih "Cobain sendiri masuk jadi politisi, dan berkontribusi mengelola negara."
Karna mungkin merekapun sebenarnya inginnya melakukan dan merealisasikan hal serupa dengan apa yang masyarakat pikirkan, namun faktor-faktor seperti politik, kepentingan masyarakat, kepentingan pribadi, dinamika dalam demokrasi atau lainnya.
Membuat mereka akhirnya menimbang kembali nilai-nilai yang mereka percayai, apakah dapat diterapkan atau tidak sambil menimbang faktor-faktor disekitar.
Apa perbedaan orang yang Idealis dan Realistis?
Orang yang realistis biasanya fokus pada kenyataan, mereka memandang dan bersikap sesuai dengan apa yang terjadi, dan fakta yang ada dilapangan.
Dalam pengambialan keputusan juga orang realistis cenderung berdasarkan pada apa yang dapat dicapai dalam situasi yang ada.
Mereka juga memiliki sikap yang mudah berkompromi orang-orang dengan pola pikir realistis dapat mengkompromikan nilai-nilai dan prinsip-prinsip untuk mencapai tujuan yang diinginkan.
Sendangkan itu idealis adalah orang yang fokus pada nilai dan prinsip. Cara mereka mengambil keputusan juga selalu berdasar pada nilai-nilai dan prinsip yang diyakini bahkan sekalipun nilai tersebut dianggat tidak praktis.
Idealis memiliki kemampuan mempertahankan prinsip itu bahkan saat ditengah tantangan kesulitan.
Dalam kehidupan sehari-hari, baik realistis maupun idealis memiliki kelebihan dan kekurangan.
Realistis dapat membantu mencapai tujuan yang diinginkan dalam situasi yang kompleks, sedangkan idealis dapat membantu mempertahankan nilai-nilai dan prinsip-prinsip yang diyakini.
Apakah Orang Idealis Dapat Berubah Menjadi Realistis?
Ya, orang yang idealis dapat berubah menjadi realistis, faktor utamanya adalah pengalaman hidup dan pembelajaran.
Pengalaman hidup yang menantang dapat membuat seseorang yang idealis menjadi lebih realistis. Kesadaran akan keterbatasan diri dan lingkungan dapat membuat seseorang yang idealis menjadi lebih realistis.
Pembelajaran dari kesalahan dan kegagalan juga dapat membuat seseorang yang idealis menjadi lebih realistis. Saat nilai-nilai yang mereka yakini ternyata tidak dapat di terapkan karna faktor-faktor yang ada.
Mereka akan merefleksikan diri dan introspeksi sehinga dapat membantu seseorang yang idealis memahami keterbatasan dan kemungkinan dalam mencapai tujuan.
Perubahan sudut pandang dan pengaruh dari sekitar juga dapat mempengaruhi perubahan seseorang yang idealis menjadi realistis.
Dalam beberapa kasus, perubahan dari idealis menjadi realistis dapat membantu seseorang mencapai tujuan yang diinginkan dan meningkatkan kemampuan untuk menghadapi tantangan dalam kehidupan.
Setelah membaca ini mungkin kalian berfikir, oh berarti kebanyakan orang yang ada di dunia politik adalah orang yang realistis?
Sebenarnya sulit mengatakan iya, karna dalam pengamatanku pribadi, banyak juga politisi yang memiliki karakter yang idealis.
Jadi sulit untuk menentukan secara pasti apakah orang realistis lebih banyak dari orang idealis dalam politik, karena keduanya dapat hadir dalam berbagai proporsi dan konteks.
Namun, sebagai manusia dapat dikatakan bahwa kebanyak orang memiliki kecenderungan realistis dalam menghadapi situasi sehari-hari, namun juga memiliki nilai-nilai dan prinsip-prinsip yang idealis.
Jadi keseimbangan dalam realistis dan idealis adalah kunci, namun terkadang beberapa orang terlalu mendominasi di satu karakter, seperti terlalu realistis, atau terlalu idealis.
Dampak Terlalu Realistis dan Terlalu Idealis Berdasarkan AI
Dampak Negatif Terlalu Realistis
Kurangnya integritas, terlalu realistis dapat membuat politisi kehilangan integritas dan nilai-nilai yang diyakini.
Pengorbanan prinsip, terlalu realistis dapat membuat politisi mengorbankan prinsip dan nilai-nilai untuk mencapai tujuan yang diinginkan.
Kurangnya kemampuan untuk menginspirasi, terlalu realistis dapat membuat politisi kurang mampu menginspirasi dan memotivasi masyarakat.
Dampak Negatif Terlalu Idealis
Kurangnya fleksibilitas, terlalu idealis dapat membuat politisi kurang fleksibel dan kurang mampu beradaptasi dengan perubahan.
Kurangnya kemampuan untuk mengkompromikan, terlalu idealis dapat membuat politisi kurang mampu mengkompromikan nilai-nilai dan prinsip-prinsip untuk mencapai tujuan yang diinginkan.
Kurangnya kemampuan untuk menghadapi realitas, terlalu idealis dapat membuat politisi kurang mampu menghadapi realitas dan membuat keputusan yang pragmatis.
Keseimbangan yang Diperlukan
Keseimbangan antara realisme dan idealisme, politisi perlu menemukan keseimbangan antara realisme dan idealisme untuk mencapai tujuan yang diinginkan.
Kemampuan untuk beradaptasi, politisi perlu memiliki kemampuan untuk beradaptasi dengan perubahan dan menghadapi realitas.
Kemampuan untuk Mengkompromikan, politisi perlu memiliki kemampuan untuk mengkompromikan nilai-nilai dan prinsip-prinsip untuk mencapai tujuan yang diinginkan.
Sama halnya dengan dalam kehidupan sehari-hari dalam politik, keseimbangan antara realisme dan idealisme sangat penting untuk mencapai tujuan yang diinginkan dan membangun kepercayaan masyarakat.
Ya, tapi karna artikel ini ada dalam rubik opini maka dugaan ini hanyalah opini dari aku sebagai pengamat yang di gabungkan dengan pendapat dari AI yang memiliki gudang informasi yang lebih dekat dengat sumber-sumber yang pasti.
Komentar