Benarkah AI Dapat Menggantikan Pekerjaan Manusia?

Photo by ThisIsEngineering - Pexels

OPINI(Catatan.ara) - Kehadiran berbagai macam AI yang mampu membantu pekerjaan manusia justru menimbulkan banyak tanya di kalangan para pekerja, seperti apakah AI dapat sepenuhnya menggantikan peran manusia di dalam pekerjaan?

Seperti yang sama-sama kita ketahui, akhir-akhir ini peran AI semakin meningkat dalam kehidupan kelompok masyarakat, terutama para pekerja kreatif dan pelajar. Kemajuan kualitas dari AI juga mulai semakin profesional.

Saat ini bahkan banyak AI yang bisa membuat musik, membuat design, bahkan ahli dalam mengemas iklan penjualan. Tidak sedikit pekerja di bidang Design Grafis, Composer, hingga Digital Marketing merasa posisinya terancam. Namun apakah benar AI benar-benar bisa mengancam posisi mereka?

Jawabannya menurutku tergantung, tergantung seberapa profesional kalian di bidang tersebut. Normalnya ketika seorang bos atau pelanggan meminta sesuatu yang kita kerjakan, kita akan di hadapi dengan diskusi tak berujung hingga si atasan atau pelanggan puas.

Apakah AI benar-benar bisa membuat pelanggan merasa puas? 

Untuk saat ini aku rasa belum. Memang adanya AI sangat membantu kehidupan sehari-hari, tapi tidak jarang kadang apa yang kita inginkan tidak sesuai jika meminta AI mengerjakan.

Sebagai contoh, saya pernah meminta AI membuatkan gampar untuk banner Cerbung yang rencananya akan di up di website ini. Saya harus berkali-kali merubah script yang dikirimkan hingga saya mendapatkan hasil yang paling dekat dengan apa yang saya bayangkan dan inginkan.

Tapi lagi-lagi hasilnya hanya 'mendekati' tidak benar-benar sesuai, ada beberapa aspek yang kurang memuaskan dan tidak seperti hasil kerja manusia. Berikut gambarnya :

Sumber Gambar : Meta AI | Edit text at Canva

Mungkin jika di lihat sekilas, oh ini cukup memuaskan dan sempurna. Tapi coba di perhatikan lebih detail, posisi badan yang tidak terlihat berhadapan dengan baik, mata yang tidak jelas emosinya dan tidak saling pandang. Apakah bisa terlihat seperti saling mencintai, dan bahagia bersama? 

Kedua karakternya terlihat berada didunia masing-masing dan tidak terhubung, sebagai perspektif manusia yang bahkan tidak begitu paham urusan gambar, gambar ini bisa di bilang kurang memuaskan.

Namun karna aku hanya membutuhkannya sebagai pengisi dalam blog pribadi saja, jadi aku rasa ini lumayan aja. Karna selain gratis, kita juga ga perlu terlalu banyak edit-edit gambar, hanya tinggal menambahkan text saja untuk judul.

Tapi jika untuk bidang profesional apakah detail-detail kecil seperti ini bisa dimaafkan begitu saja? Aku rasa tidak, sentuhan manusia tetap memiliki hasil dan perasaan yang berbeda. 

Sekarang mari ambil contoh lainnya, dulu seorang teman menambahkan fitur AI kedalam Whatsapp miliknya, sehingga saat kita berkomunikasi yang menjawab pesannya adalah AI. Lalu aku menegurnya, karna merasa tidak puas pada cara AI menanggapi perkataanku.

Sekarang terlihat, masih banyak partikel-partikel kehidupan yang tidak bisa dikerjakan oleh AI. Menurutku AI memang cocok untuk alat pembantu, atau asisten online manusia. Namun bukan berarti ia bisa benar-benar menggantikan posisi manusia.

Aspek-aspek kemanusiaan yang ada di AI saat ini mungkin hanya kurang dari 1/4 aspek yang ada di dunia. Sehingga jika AI masih jauh jika untuk menggantikan pekerjaan manusia.

Apa yang Harus Dilakukan Agar Tidak Tergantikan Oleh AI?

Jadilah profesional yang benar-benar ahli dibidang yang dikerjakan. Kalau dilihat dari penjelasanku di atas, AI memang bisa menggantikan pekerjaan manusia tapi tidak sepenuhnya. Maka dari itu para pekerja harus mulai meningkatkan skill yang dibutuhkan dalam bidang pekerjaannya.

Selain itu kita juga harus beradaptasi dengan perubahan tren dan teknologi yang terus berkembang di induustri masing-masing, agar tidak dikalahkan oleh AI. 

Jadi sebenarnya perkembangan AI sendiri tidak begitu mengkhawatirkan, jika kita bisa berkembang lebih baik dari AI. Di masa depan orang-orang yang kalah dari AI adalah orang-orang yang tidak belajar dan tidak berkembang.

Memang persaingan jadi lebih pesat, tapi sebagai manusia sebenarnya kapan kita benar-benar tidak bersaing? Jika kita bisa bersaing dengan manusia dan menjadi unggul, masa iya tidak bisa bersaing dengan AI yang notabennya adalah alat buatan manusia.

Menurutku hadirnya AI justru bisa jadi alat pembantu bagi kita, agar bisa sedikit lebih santai dalam menjalani kegiatan sehari-hari. Tapi bukan untuk benar-benar menggantikan peran kita di dalamnya.

Jadi yang perlu kita lakukan adalah belajar dan terus berkembang sesuai dengan tren dan perkembangan di industri masing-masing.